Ayat-Ayat Semesta



Ayat Konstektual

           Umat Islam, mulai dari kalangan skripturalis-fundamentalis sampai kontekstualis-liberal hingga kini masih satu pandangan dan keyakinan bahwa al-Quran merupakan kitab utama yang berkedudukan tertinggi. Diturunkannya al-Quran ke muka bumi diimani sebagai panduan umat manusia (huda al-linnas) dalam menjalani kehidupan di dunia. Karena itu pula al-Quran dipercaya sebagai sumber nilai obyektif, universal dan abadi.
Ajaran al-Quran mencakup seluruh aspek kehidupan (as-Syumul). Juga mencakup seluruh ruang lingkup kehidupan, ulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, Negara dan bahkan global (internasional).
         Namun demikian, pengetahuan umat Islam tentang al-Quran tidak jarang dipahami sangat dangkal dan sempit. Universalitas al-Quran kemudian direduksi hanya menyangkut persoalan fikih, tasawuf dan politik (siyasah) saja. Umat Islam justru banyak mengabaikan pesan-pesan al-Quran yang berkaitan dengan persoalan-persoalan metafisik (kealaman). Ada kesan bahwa persoalan-persoalan kealaman bukan bagian dari persoalan ukhrawi.
       Bahkan khusus untuk membincangkan “kebangkitan Islam”, tidak dapat dipungkiri bahwa fokusnya selalu dibelokkan ke ranah politik praktis-ideologis. Seakan-akan hanya dengan pendirian “negara khilafah”, kejayaan Islam dapat dibangkitkan kembali. Sedangkan aspek lain, utamanya aspek pengembangan ilmu pengetahuan, hanya menjadi suplemen (tambahan) bila impian tentang negara khilafah telah dapat diwujudkan, seolh pengembangan ilmu pengetahuan masih bukan persoalan yang mendesak bagi dunia Islam.
      Memperhatikan pereduksian al-Quran dan Islam sedemikian sempit, akhirnya Agus Purwanto, D. Sc., seorang doktor fisika teori alumni Universitas Hiroshima Jepang dan kader militan Muhammadiyah yang juga dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berupaya keras untuk menjebol kesempitan tersebut. Dengan kepakaran dalam fisika teori, dia berusaha melihat keunggulan Islam dari sisi yang lain. Kesadarannya sebagai seorang saintifik muslim, Agus Purwanto yakin bahwa kebangkitan Islam saat ini hanya dapat diwujudkan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
      Dalam buku “Ayat-Ayat Semesta” ini, Agus Purwanto membeber bukti tentang luluh lantaknya Afghanistan dan Irak yang justru oleh produk sains Negara-negara Barat, khususnya AS dan Inggris. Di sisi lain, negara-negara Islam atau berpenduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia umumnya memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah. Tapi kelimpahruahan tersebut tidak kemudian berarti kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sebabnya satu: umat Islam tidak menguasai ilmu pengetahuan baik teoritis maupun praktis (hal 24-25).
Dengan melandaskan pada tafsir al-Jawahir karya Guru Besar Universitas Kairo, Syaikh Jauhari Thanthawi, Agus Purwanto bermaksud menggedor kesadaran umat Islam – utamanya kalangan akademisi – bahwa sesungguhnya ada 750 ayat kauniyyah dalam al-Quran yang terselip di antara 6236 ayat.
      Sedangkan ayat-ayat fikih tidak lebih dari 150 ayat saja. Tapi anehnya, mengapa para ulama lebih banyak menghabiskan energinya untuk membahas persoalan fikih – yang justru sering memicu perseteruan dan konflik antar umat Islam – daripada membahas fenomena terbitnya matahari, beredarnya bulan dan kelap-kelipnya bintang, gerak awan di langit, kilat dan petir yang menyambar, malam yang gelap gulita dan fenomena keajaiban alam lainnya.
Agus Purwanto mengingatkan bahwa fungsi al-Quran juga berlaku bagi konstruksi ilmu pengetahuan dengan memberi petunjuk tentang prinsip-prinsip sains yang selalu dikaitkan dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Dengan kata lain, wahyu (dan sunnah) dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi bangunan ilmu pengetahuan (hal 193).
    
Maka tidaklah berlebihan bila berbagai pujian dari kalangan intelektual Islam mengalir deras atas hadirnya buku ini. Doktor Terry Mart, seorang fisikawan UI penerima Habibie Award untuk Ilmu Dasar (2001) menilai buku ini sebagai buku pertama yang ditulis oleh seorang fisikawan partikel teori Indonesia. Karenanya, patut menjadi bacaan bagi siapa saja yang ingin mengetahui pertemuan antara alam logika bebas dan alam wahyu ilahiah, dilihat dari sisi fisika. Sedang Prof. Dr. Jalaluddin Rahmat (Kang Jalal) menyebut buku ini sebagai buku ajakan terhadap kaum Muslim untuk menaruh perhatian pada sains sebagai panggilan Ilahi.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Eksakta di tangan umat islam

Penyebaran islam di Asia Tenggara

Bahtera Ilmu